Friday, September 21, 2018

Nasihat Pak Joko

Berdiri di teras rumah merupakan kegemaranku setiap sore setelah pulang dari sekolah. Memperhatikan burung-burung yang indah berterbangan di atas langit menghiasi matahari yang bergeser ke ufuk barat. Daun menari-nari di atas pohon.

Hanya satu yang bisa menghilangkan rasa penakku setelah menyelesaikan tugas-tugas dari sekolah, tak lama kemudian terdengar suara teriakan “ Titot titot titot ” dari jalan depan rumahku. Pak Joko mengayuh gerobak sepedah dagangannya. Jika sudah sampai tepat di depan rumahku “ Pentolnya Ndre ” Pak Joko menawarkan pentol buatannya.

“ 5.000 Pak,” Sahutku ke Pak Joko.

“ Sebentar ya...” Ucap Pak Joko dengan mulut tersenyum.

Setelah pentolnya sudah jadi Pak Joko memberikannya padaku dan Pak Joko menyuruhku duduk disampingnya.


            “ Sini Ndre duduk disini!” Ujar Pak Joko kepadaku.

“ Iya Pak Sebentar,” Aku mulai mengambil kursi yang tergantung di gerobak Pak Joko dan menaruhnya di samping tempat duduk Pak Joko.

“ Andre sedang ngapain di rumah?” tanya Pak Joko.

“ Itu Pak lagi ngerjakan PR dari Bu Guru, PRnya banyak sekali soal-soalnya juga sulit lagi,” Jawabku.

“ Andre gak boleh mengeluh! Masih baik Andre bisa sekolah, dulu jaman saya kalau sekolah itu sangat sulit banyak anak-anak yang putus sekolah saat SD termasuk saya sendiri, dikarenakan tidak cukup biaya,” Pak Joko Menasihatiku.

“ Orangtua Pak Joko tidak bekerja?” tanyaku.

“ Orangtua saya bekerja, tapi penghasilannya tidak mencukupi, saya merupakan Anak pertama dari lima bersaudara, jadi saya harus bekerja, saya ingin adik-adik saya tidak senasib dengan saya dan Alhamdulillah semua adik-adik saya bisa sekolah,” Jawab Pak Joko menghadapku.

“ O... Ngomong-ngomong Pak Joko sekarang tinggal dimana?” tanyaku dengan penuh penasaran.

“ Sekarang saya dan adik-adik saya tinggal di rumah dekat jalan pamungkas daerah sawah Dandangan selatan,” jawab Pak Joko.

“ Saya dengar katanya orang-orang, daerah itu akan dijadikan jalan Tol pintas, apakah itu benar?”  Ujarku “Jika itu benar Pak Joko mau tinggal dimana?”

“ Iya kabar itu memang benar, Jika memang digusur saya akan pergi keluar kota, rumah nenek sesepuh,” Jawab Pak Joko dengan wajah muram.

“ semoga saja itu tidak jadi, agar aku bisa menikmati enaknya pentol Pak Joko,” Kataku menghibur Pak Joko.

“ Sudah Ndre ya, saya mau berangkat jualan lagi,” Kata Pak Jokosambil mengambil kursi.

“ Iya Pak hati-hati.”

Aku mulai masuk ke rumah, saat sampai di teras aku tiba-tiba teringat bahwa aku belum membayar pentol tadi, aku pun berlari ke arah Pak Joko yang sedang mengayuh sepeda.

Aku berteriak memanggil Pak Joko,” Pak... Pak...”

“ Iya Ndre ada apa?” Tanya Pak Joko dengan melihatku.

“ Itu tadi pentolnya belum bayar,” Kata ku sambil mengasihkan uangnya ke Pak Joko.

“ Oh... Iya terimakasih ,” Jawab Pak Joko dengan tertawa.

“ sama-sama Pak,” Ucapku dengan sedikit malu.

Keesokan harinya aku menunggu Pak Joko datang di sore hari, tetapi sampai matahari terbenam Pak Joko tak kunjung datang. Keesokan harinya lagi Pak Joko juga tidak datang, aku penasaran dan mulai mencari daerah tempat tinggal Pak Joko, aku sudah bertanya pada banyak orang tetapi tidak ada yang tahu daerah itu, akhirnya aku bertanya kepada seorang penjual pentol,

“Permisi Pak saya mau nanya?”

            “ Nanya apa Dek?”

“ Apakah bapak tahu penjual pentol yang namanya Pak Joko?”

“ Iya saya tahu, ada apa ya?”

“ Sekarang Pak joko kemana ya Pak dia kok gak pernah jualan?”

“ Kalau boleh tahu Adek ini siapanya Pak Joko ya?”

“ Bukan apa-apanya saya hanya pelanggan setianya,”

“ O... Pak joko sudah dari kemarin pindah, rumahnya terkena gusur karena akan dijadikan Jalan Tol,”

“ Dimana rumahnya Pak?”

“ Itu yang ada Bulldozernya,”

“ O... pindah kemana ya Pak?”

“ Bapak juga tidak tahu, maaf ya Dek,”

“ Iya Pak gak papa, terimakasih atas infonya,”

“ Sama-sama,”

Setelah selesai bercakap-cakap dengan penjual Pentol tersebut, aku kembali ke rumah dengan mengayuh sepedaku dan melihat mesin-mesin raksasa yang meratakan tanah seperti orang kelaparan.
Aku pulang dengan perasaan sedih, hanya nasihat Pak Joko yang menjadi kenang-kenanganku


By : M Rizky 9F

No comments:

Post a Comment