Dira
dan Nana adalah sahabat sejak kecil. Mereka selalu bersana. Bahkan urusan
sekolahpun mereka sama. Mereka selalu berbagi suka maupun duka. Menanggung
beban bersama-sama. Saat Dira sakit, Nana selalu menemaninya, begitupula sebaliknya.
Walaupun mereka berasal dari keluarga yang kurang berada, namun mereka selalu
bersyukur karena keluarga mereka selalu diselimuti kehangatan.
Dipagi hari yang cerah, Dira
menjemput Nana untuk berangkat sekolah. Rumah Dira hanya berjarak tiga rumah
saja dari rumah Nana.
“Nana! Ayo berangkat”
“Iya sebentar, aku masih pakai
sepatu nih!”
“Lama banget sih kamu”
“Haha maaf ya Ra, kau kan tau
sendiri jika aku selalu terlambat bangun dipagi hari”
Mereka
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki karena letak sekolah mereka juga tak
terlalu jauh dari rumah mereka, hanya berjarak beberapa blok saja.
Saat sampai di sekolah, mereka
langsung masuk ke kelas dan berbincang di dalam.
Terdengar
suara bel telah berbunyi. Para siswa duduk di bangku masing-masing, begitupula
dengan Dira dan Nana. Selang beberapa menit, Bu Anita masuk diikuti oleh siswi
yang rambutnya tergerai.
“Selamat pagi anak-anak”
“Pagii buuu!”
“Hari ini kita kedatangan teman
belajar baru, Layla silahkan memperkenalkan diri”
Anak
yang bernama Layla itu memperkenalkan diri dengan gaya angkuh.
“Hai teman-teman! Namaku Layla, aku
pindahan dari Surabaya”
“Halo Laylaa”
“Baiklah Layla. Kau bisa duduk di
bangku kosong di sebelah Nana. Nana angkat tangan.”
Nana
mengangkat tangannya. Layla berjalan dengan anggun menuju bangku di sebelah
Nana. Merasa dihampiri, Nana menyapa Kayla dengan antusias.
“Hai Kayla, namaku Nana. Semoga
menjadi teman yang baik”
“Hai, dan kau sudah tau siapa
namaku.”
Setelah
itu Bu Anita mulai memulai proses pembelajaran. Tak terasa istirahatpun telah
tiba. Nana segera menghampiri bangku Dira yang letaknya di depan. Mereka berdua
hendak pergi ke perpustakaan. Tiba-tiba Layla mengampiri mereka berdua.
“Maaf Nana, bisakah kau menemaniku
ke kantin? Aku tak tau dimana letak kantinnya. Aku traktir deh”
“Hm bolehlah! Ayo pergi, tapi
traktir aku lohya!”
Nana
dan Layla pergi ke kantin. Dira hanya bisa bengong melihat sahabatnya pergi
begitu saja tanpa berkata apapun padanya. Namun Dira memakluminya, karena Dira
yakin jika Nana akan pergi bersamanya nanti. Dira juga berfikir jika Nana tak
mau menemani Layla ke kantin, lalu bagaimana jika Layla lapar?
Beberapa hari Nana dan Layla makin
dekat saja, dan Dira jarang pergi bersama Nana. Dira merasa sedih karena
sahabatnya jarang bersamanya. Bahkan Nana seperti menghindar saat bertemu
dengan Dira. Jika berpapasan di jalan pun Nana hanya melirik Dira sebentar lalu
melengos bersama Layla. Saat Dira pulang, Dira bertemu dengan Nana di sebuah
taman dekat rumah mereka.
“Hai Nana, apa yang kau lakukan
disini?”
“Oh Dira, aku sedang menunggu Layla
yang sedang membeli es krim untuk kami”
“Hmm maaf sebelumnya. Mengapa kau
tak pernah mau bersamaku lagi? Bahkan menyapapun tak pernah?”
“Haha! Kau bertanya mengapa? Itu
semua karena Layla lebih baik daripada kamu Dira! Apapun yang aku perlukan,
pasti dia mau membantuku! Sudahlah aku tak mau bersahabat dengan orang miskin
sepertimu lagi!”
Tanpa
membalas ataupun sekedar menganggukkan kepala, Dira langsung pergi dan menangis
di bawah pohon. Dira merutuki diri sendiri, ia telah kehilangan sahabat sejak
ia kecil. Ia sangat sedih akan hal itu. Selama beberapa hari Dira melewati
harinya tanpa Nana. Bahkan sekarang Nana dan Layla sering mengolok-olok Dira.
Lama-lama Dira merasa sudah biasa tanpa
kehaditran Nana untuk mewarnai harinya, walaupun rasanya tetap ada yang
janggal. Di suatu hari tepatnya saat pulang sekolah, Dira melihat Nana yang
sedang dibentak oleh Layla.
“Hei bodoh! Membawa minuman saja
kamu gak bisa! Lihat sekarang bajuku jadi kotor, nihh”
“Maaf Layla aku tak sengaja, sini
biar kubersihkan”
“Alahh sudahlah! Pergi sana, aku
gamau lagi temenan sama orang miskin kaya kamu. Bisanya nyusahin orang doang”
“Layla jangan begitu, maafkan aku.
Biarkan aku pulang bersamamu Layla”
Namun
Layla seakan tak peduli langsung masuk ke mobilnya dan menyuruh sopirnya untuk
segera pergi. Nana hanya bisa menangis. Melihat hal itu Dira langsung
menghampiri Nana dan memeluknya.
“Sudah diamlah Nana, aku selalu ada
di sini untukmu”
“Hiks hiks maafkan aku Dira, selama
ini aku lebih memilih Layla karena dia orang kaya. Aku tak tau jika selama ini
dia hanya menjadikanku pembantunya saja”
“Sudahlah diam, aku sudah
memaafkanmu. Ayo bangun dan ayu pulang, ibuku sudah berjanji untuk memasak sup
ayam hari ini.”
Akhirnya
mereka pulang diiringi canda tawa. Mereka kembali bersama lagi. Mereka berjanji
tidak akan saling meninggalkan kembali.
By : Adinda Natasya 9A
No comments:
Post a Comment