Friday, September 21, 2018

Sahabat selamanya


Dira dan Nana adalah sahabat sejak kecil. Mereka selalu bersana. Bahkan urusan sekolahpun mereka sama. Mereka selalu berbagi suka maupun duka. Menanggung beban bersama-sama. Saat Dira sakit, Nana selalu menemaninya, begitupula sebaliknya. Walaupun mereka berasal dari keluarga yang kurang berada, namun mereka selalu bersyukur karena keluarga mereka selalu diselimuti kehangatan.

            Dipagi hari yang cerah, Dira menjemput Nana untuk berangkat sekolah. Rumah Dira hanya berjarak tiga rumah saja dari rumah Nana.

            “Nana! Ayo berangkat”

            “Iya sebentar, aku masih pakai sepatu nih!”

            “Lama banget sih kamu”

            “Haha maaf ya Ra, kau kan tau sendiri jika aku selalu terlambat bangun dipagi hari”

Mereka berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki karena letak sekolah mereka juga tak terlalu jauh dari rumah mereka, hanya berjarak beberapa blok saja.

            Saat sampai di sekolah, mereka langsung masuk ke kelas dan berbincang di dalam.

            Kriingg!!


Terdengar suara bel telah berbunyi. Para siswa duduk di bangku masing-masing, begitupula dengan Dira dan Nana. Selang beberapa menit, Bu Anita masuk diikuti oleh siswi yang rambutnya tergerai.

            “Selamat pagi anak-anak”

            “Pagii buuu!”

            “Hari ini kita kedatangan teman belajar baru, Layla silahkan memperkenalkan diri”

Anak yang bernama Layla itu memperkenalkan diri dengan gaya angkuh.

            “Hai teman-teman! Namaku Layla, aku pindahan dari Surabaya”

            “Halo Laylaa”

            “Baiklah Layla. Kau bisa duduk di bangku kosong di sebelah Nana. Nana angkat tangan.”

Nana mengangkat tangannya. Layla berjalan dengan anggun menuju bangku di sebelah Nana. Merasa dihampiri, Nana menyapa Kayla dengan antusias.

            “Hai Kayla, namaku Nana. Semoga menjadi teman yang baik”

            “Hai, dan kau sudah tau siapa namaku.”

Setelah itu Bu Anita mulai memulai proses pembelajaran. Tak terasa istirahatpun telah tiba. Nana segera menghampiri bangku Dira yang letaknya di depan. Mereka berdua hendak pergi ke perpustakaan. Tiba-tiba Layla mengampiri mereka berdua.

            “Maaf Nana, bisakah kau menemaniku ke kantin? Aku tak tau dimana letak kantinnya. Aku traktir deh”

            “Hm bolehlah! Ayo pergi, tapi traktir aku lohya!”

Nana dan Layla pergi ke kantin. Dira hanya bisa bengong melihat sahabatnya pergi begitu saja tanpa berkata apapun padanya. Namun Dira memakluminya, karena Dira yakin jika Nana akan pergi bersamanya nanti. Dira juga berfikir jika Nana tak mau menemani Layla ke kantin, lalu bagaimana jika Layla lapar?

            Beberapa hari Nana dan Layla makin dekat saja, dan Dira jarang pergi bersama Nana. Dira merasa sedih karena sahabatnya jarang bersamanya. Bahkan Nana seperti menghindar saat bertemu dengan Dira. Jika berpapasan di jalan pun Nana hanya melirik Dira sebentar lalu melengos bersama Layla. Saat Dira pulang, Dira bertemu dengan Nana di sebuah taman dekat rumah mereka.

            “Hai Nana, apa yang kau lakukan disini?”

            “Oh Dira, aku sedang menunggu Layla yang sedang membeli es krim untuk kami”

            “Hmm maaf sebelumnya. Mengapa kau tak pernah mau bersamaku lagi? Bahkan menyapapun tak pernah?”

            “Haha! Kau bertanya mengapa? Itu semua karena Layla lebih baik daripada kamu Dira! Apapun yang aku perlukan, pasti dia mau membantuku! Sudahlah aku tak mau bersahabat dengan orang miskin sepertimu lagi!”

Tanpa membalas ataupun sekedar menganggukkan kepala, Dira langsung pergi dan menangis di bawah pohon. Dira merutuki diri sendiri, ia telah kehilangan sahabat sejak ia kecil. Ia sangat sedih akan hal itu. Selama beberapa hari Dira melewati harinya tanpa Nana. Bahkan sekarang Nana dan Layla sering mengolok-olok Dira.

            Lama-lama Dira merasa sudah biasa tanpa kehaditran Nana untuk mewarnai harinya, walaupun rasanya tetap ada yang janggal. Di suatu hari tepatnya saat pulang sekolah, Dira melihat Nana yang sedang dibentak oleh Layla.

            “Hei bodoh! Membawa minuman saja kamu gak bisa! Lihat sekarang bajuku jadi kotor, nihh”

            “Maaf Layla aku tak sengaja, sini biar kubersihkan”

            “Alahh sudahlah! Pergi sana, aku gamau lagi temenan sama orang miskin kaya kamu. Bisanya nyusahin orang doang”

            “Layla jangan begitu, maafkan aku. Biarkan aku pulang bersamamu Layla”

Namun Layla seakan tak peduli langsung masuk ke mobilnya dan menyuruh sopirnya untuk segera pergi. Nana hanya bisa menangis. Melihat hal itu Dira langsung menghampiri Nana dan memeluknya.

            “Sudah diamlah Nana, aku selalu ada di sini untukmu”

            “Hiks hiks maafkan aku Dira, selama ini aku lebih memilih Layla karena dia orang kaya. Aku tak tau jika selama ini dia hanya menjadikanku pembantunya saja”

            “Sudahlah diam, aku sudah memaafkanmu. Ayo bangun dan ayu pulang, ibuku sudah berjanji untuk memasak sup ayam hari ini.”

Akhirnya mereka pulang diiringi canda tawa. Mereka kembali bersama lagi. Mereka berjanji tidak akan saling meninggalkan kembali.



By : Adinda Natasya 9A

No comments:

Post a Comment